Langsung ke konten utama

Life of Pi


Judul : Life of Pi
Penulis : Yann Martel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kesembilan, Juli 2017
Tebal : 448 halaman

"Kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan"

Kalimat di atas adalah cuplikan dari sinopsis yang tertera di bagian cover belakang. Kalimat yang cukup membuat penasaran, apalagi buku ini pernah difilmkan jadilah saya tertarik membacanya.

Buku ini merupakan karya Yann Martel kedua yang saya baca setelah The High Mountains of Portugal (THMP). Menceritakan tentang anak laki-laki bernama Pi yang bertahan hidup terombang ambing di samudra berbulan-bulan bersama seekor harimau Bengal.

Buku ini mirip The Old Man and The Sea dari segi latar sebagian besar cerita yaitu di laut lepas. Bedanya The Old Man adalah nelayan tua yang memang sengaja pergi melaut dan tidak sengaja terseret ikan yang dipancingnya hingga jauh di tengah lautan, sedangkan Pi adalah korban kapal karam sehingga ia harus bertahan hidup di atas sekoci di laut lepas.

Saat membaca buku ini saya merasa alurnya datar saja, tidak ada naik turunnya, akhir petualangan Pi pun sudah disajikan sejak awal. Namun entah kenapa saya tetap ingin baca sampai akhir.

Begitu selesai membaca, sensasinya sama setelah membaca THMP yaitu saya tidak begitu memahami makna yang ingin disampaikan penulis dari cerita Pi ini. Di akhir cerita, terdapat 2 orang petugas yang ingin mencari informasi dari Pi tentang kapal yang tenggelam. Kemudian Pi menceritakan petualangannya selama berbulan-bulan di samudra yang dinilai tidak masuk akal oleh kedua petugas tersebut. Lalu Pi menceritakan versi lain dari ceritanya untuk memuaskan keduanya.

Setelah itu, bukan hanya kedua petugas itu yang bingung, saya pun sebagai pembaca ikut ragu manakah versi yang sebenarnya terjadi. Sepertinya penulis memang ingin pembacanya menyimpulkan sendiri sesuai imajinasi dan keinginannya, sama seperti THMP.

Hal yang saya sukai dari buku ini adalah banyaknya ilmu yang mewarnai ceritanya. Mulai dari ilmu alam, ilmu tentang binatang, dan ilmu bertahan hidup yang ditulis dengan cukup detail.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...