Langsung ke konten utama

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2



Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar.

Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas.

Halaman sekolah SDN 3 Gunung

Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas.

Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari rumah tempat kami menginap ke sekolah. Sungguh di luar dugaanku, para siswa menyambut kami dengan riang sambil mencium tangan kami seolah kami adalah guru-guru mereka. Maka itu sedikit menurunkan tingkat kecemasanku.

Keceriaan anak-anak saat menarikan Chicken Dance

Saat tiba di kelas pertama, aku sempat blocking, tak tahu harus menyampaikan materi apa. Tapi untunglah anak-anak tetap setia menyimak materi yang aku bawakan. Sungguh lega ketika waktu habis dan aku harus pindah ke kelas berikutnya.

Di kelas berikutnya rupanya aku merasa lebih tenang dan lebih bisa menguasai kelas. Hei... ternyata sungguh sangat menyenangkan bisa berbagi bersama anak-anak. Lebih dari itu, aku merasa haru saat anak-anak dengan antusias menyebutkan cita-cita mereka dengan lantang. Dalam hati aku berdoa semoga mereka tetap memegang teguh tekad mereka untuk meraih cita-cita.  Semoga malaikat-malaikat yang menyaksikan ikrar cita-cita mereka turut mendoakan yang terbaik. Dan semoga Sang Pemilik jagad raya memperkenankan doa kami.

Salah satu siswi menceritakan cita-citanya

Ya. Itulah pengalaman pertamaku menjadi relawan pengajar di KI. Betapa aku mendapatkan banyak hal. Teman-teman relawan yang dari mereka aku banyak menyerap inspirasi, anak-anak dengan masa depan suci yang menyuntikkan semangat untukku dan tentunya pengalaman baru.

Bila ada yang bertanya apakah aku ingin bergabung kembali menjadi relawan KI, maka dengan senang hati aku akan menjawab YA.

Kelas Inspirasi Boyolali 2
Rombel SDN 3 Gunung
  • Lokasi : Simo, Boyolali, Jawa Tengah
  • Waktu : Sabtu, 29 Juli 2017
  • Relawan Pengajar : Bagus (Surveyor Pulau Seribu), Glos (Dokter), Laura (System Analyst), Wona (Pendamping anak berkebutuhan khusus), Zul (Pendamping Perkebunan)
  • Relawan Dokumentator : Ady (Fotografer), Tiara (Penulis)
  • Relawan Fasilitator : Anita (Mahasiswa), Ilham (Mahasiswa), Nanang (Developer), Novita (Mahasiswa)
  • Panitia Lokal : Katon


Boyolali, 6 Agustus 2017

Komentar

  1. Balasan
    1. Brooo setelah sekian lama aku baru tau kamu komen 😂😂😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...