Judul : Sang Juragan Teh
Judul Asli : Heren van de thee
Penulis : Hella S. Haasse
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah : Indira Ismail
Tebal : 440 halaman
Berkisah tentang Rudolf Kerkhoven. Pemuda dengan tekad kuat untuk membuka dan mengolah perkebunan tehnya sendiri.
Ia hidup di masa Kolonial Belanda masih berkuasa di Hindia. Lulus dari sekolahnya di Belanda, ia menumpang kapal menyusul orang tuanya ke Hindia, tepatnya di daerah Priangan. Ia kemudian jatuh cinta pada alam Gambung dan kemudian pantang menyerah membuka perkebunan teh di tempat itu meskipun menghadapi medan yang sulit dan diremehkan orang-orang dekatnya.
Di Hindia, ia tidak hanya menemukan mimpinya tetapi juga pelabuhan hatinya. Ia menikah dan hidup bahagia bersama keluarganya. Namun sayang, sepertinya hanya ia yang merasa bahagia, karena ternyata istrinya tidak merasakan hal yang sama. Sampai pada akhirnya, kenyataan pahit harus ia hadapi justru saat perkebunannya sedang berjaya.
-------------------------------------------------------------
Menurut saya novel ini hampir mirip dengan Max Havelaar. Sama-sama berlatar masa kolonial dan semi true story karena ditulis berdasar surat-surat dan dokumen-dokumen masa silam yang didapatkan penulis.
Namun novel ini lebih menitikberatkan pada kehidupan individu terutama romansanya (begitu setidaknya yang dikatakan penulis), sedangkan Max Havelaar lebih menceritakan tentang nasib rakyat dan kehidupan masyarakat.
Pada bagian-bagian awal memang belum menyinggung sama sekali masalah percintaan. Bahkan saya cenderung tidak setuju kalau buku ini ternyata roman. Namun justru membuat saya terus membacanya karena penasaran bagian mana roman yang dimaksud.
Terlalu banyak tokoh dan kejadian yang dimunculkan dalam novel ini yang menurut saya membuat novel ini bertele-tele. Namun saya merasa hal itu dimaksudkan penulis untuk lebih menunjukkan kepribadian dari tokoh utama.
Judul Asli : Heren van de thee
Penulis : Hella S. Haasse
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah : Indira Ismail
Tebal : 440 halaman
Berkisah tentang Rudolf Kerkhoven. Pemuda dengan tekad kuat untuk membuka dan mengolah perkebunan tehnya sendiri.
Ia hidup di masa Kolonial Belanda masih berkuasa di Hindia. Lulus dari sekolahnya di Belanda, ia menumpang kapal menyusul orang tuanya ke Hindia, tepatnya di daerah Priangan. Ia kemudian jatuh cinta pada alam Gambung dan kemudian pantang menyerah membuka perkebunan teh di tempat itu meskipun menghadapi medan yang sulit dan diremehkan orang-orang dekatnya.
Di Hindia, ia tidak hanya menemukan mimpinya tetapi juga pelabuhan hatinya. Ia menikah dan hidup bahagia bersama keluarganya. Namun sayang, sepertinya hanya ia yang merasa bahagia, karena ternyata istrinya tidak merasakan hal yang sama. Sampai pada akhirnya, kenyataan pahit harus ia hadapi justru saat perkebunannya sedang berjaya.
-------------------------------------------------------------
Menurut saya novel ini hampir mirip dengan Max Havelaar. Sama-sama berlatar masa kolonial dan semi true story karena ditulis berdasar surat-surat dan dokumen-dokumen masa silam yang didapatkan penulis.
Namun novel ini lebih menitikberatkan pada kehidupan individu terutama romansanya (begitu setidaknya yang dikatakan penulis), sedangkan Max Havelaar lebih menceritakan tentang nasib rakyat dan kehidupan masyarakat.
Pada bagian-bagian awal memang belum menyinggung sama sekali masalah percintaan. Bahkan saya cenderung tidak setuju kalau buku ini ternyata roman. Namun justru membuat saya terus membacanya karena penasaran bagian mana roman yang dimaksud.
Terlalu banyak tokoh dan kejadian yang dimunculkan dalam novel ini yang menurut saya membuat novel ini bertele-tele. Namun saya merasa hal itu dimaksudkan penulis untuk lebih menunjukkan kepribadian dari tokoh utama.
Komentar
Posting Komentar