Judul : Yang Fana adalah Waktu
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Maret 2018
Tebal : vi+146 halaman
Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya.
Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini.
Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebih ke mengungkapkan keindahan perasaan yang ditimbulkan oleh cinta dengan segala likunya melalui sastra.
Ada beberapa hal yang menggelitik bagi saya yaitu mengenai perbedaan agama antara Sarwono dan Pingkan serta "gaya" berpacaran mereka. Sebenarnya sudah ada kode-kode tentang kegalauan berkaitan dengan perbedaan agama ini. Namun memang tidak terlalu ditonjolkan dan dicari penyelesaiannya. Sementara untuk "gaya" pacaran ini nampaknya Sarwono dan Pingkan ini sudah terpengaruh budaya barat.
Trilogi ini adalah karya Pak Sapardi pertama yang saya baca. Sehingga nampaknya saya perlu membaca novel beliau yang lain agar terbiasa dengan hal di atas. Apalagi selama ini saya seringnya baca novel Tere Liye dan Andrea Hirata.
Komentar
Posting Komentar