Langsung ke konten utama

Orang-Orang Biasa


Judul : Orang-Orang Biasa
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Februari 2019
Tebal : xii+262

Ada orang-orang yang dilahirkan ke muka bumi ini memang untuk berjaya. Tak peduli durjana tabiatnya. Ada pula orang-orang yang memang dilahirkan ke muka bumi ini untuk termangu-mangu memikirkan hidup yang sulit (Hal. 51 & 56).

Ironi. Tapi memang begitulah adanya. Seringnya kaum berjaya tersebut menindas kaum lain yang dianggapnya lemah. Maka ketidakadilan merebak tak terelakkan.

Adalah 10 kawanan orang dungu nan lugu yang tinggal di Belantik. Sudahlah hidupnya sulit oleh nasib, masih ditambah beban ketidakadilan.

Aini, anak salah 1 dari mereka berhasil lulus tes masuk Fakultas Kedokteran universitas negeri ternama. Malang ia tak punya cukup uang untuk membayar uang muka. Segala macam bank dan kospin di seluruh penjuru Belantik menolak permohonan peminjaman dana oleh sebab tak ada apapun yang bisa menjadi jaminan. Apakah anak orang miskin tak berhak sekolah di Fakultas Kedokteran? Kesepuluh kawanan tersebut pun bertekad untuk mewujudkan mimpi Aini. Dan rencana mereka adalah : merampok bank.

Dalam novel ini Andre Hirata mengangkat tema ironi kehidupan dan ketidakadilan. Banyak terkandung sindiran terkait korupsi dan ketidakberpihakan pemerintah pada kaum marginal. Meskipun temanya serius tapi Andrea Hirata mengemasnya dengan gaya humor sehingga membacanya pun santai.

Bagian yang tak terduga adalah aksi keren yang dilakukan 10 sekawan dalam aksi perampokannya. Sungguh pembaca tak akan menyangka mereka yang lugu dan cenderung dungu itu bisa merencanakan aksi tersebut dan tampil memukau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...