Langsung ke konten utama

Kenapa Orangtuaku tidak Seperti Mereka

Saat melihat temanmu mendapatkan kemewahan dari orang tuanya, sedangkan bagimu hal itu terlihat jauh dari jangkauan

Saat mendengar temanmu mendapatkan kemudahan melanjutkan pendidikan karena orang tuanya, sedangkan bagimu hal itu harus dibayar dengan darah dan air mata

Saat mendapati temanmu mendapatkan posisi pekerjaan bergengsi sebab orang tuanya, sedangkan bagimu hal itu hanya sebatas angan

Mungkin akan terlintas di benakmu keinginan menyalahkan takdir
Kecewa kenapa terlahir dari orang tuamu dengan keadaan yang biasa-biasa saja
Yang tidak bisa memberikan seperti yang teman-temanmu dapatkan

Mungkin hanya sepintas rasa itu hadir
Hanya sekelebat rasa itu mengusik
Tapi setitik rasa itu sungguh sangat tidak pantas kau rasa

Segeralah kau sadari
Bukankah orang tuamu yang dengan tulus mengharapkan kehadiranmu di dunia
Bukankah orang tuamu yang setiap malam kau paksa terjaga oleh rengekanmu
Bukankah orang tuamu yang tiada sedetikpun terlewat dari mendaras doa untuk keselamatanmu
Bukankah orang tuamu yang rela berpeluh demi mencukupi kebutuhanmu
Bukankah orang tuamu yang pertama mendekap dalam kesedihanmu
Bukankah orang tuamu yang selalu membuka pintu untuk menerimamu
Bukankah orang tuamu yang dengan berani menerima tanggung jawab menyelamatkanmu dari api neraka

Dan ingatkah kamu, mengapa kau terlahir dari orang tuamu
Dialah Sang Maha Pencipta yang menitipkanmu pada orang tuamu
Dialah Sang Maha Penyayang yang mengalirkan kasih sayangNya melalui orang tuamu

Maka pikirkanlah itu
Semayamkan di hatimu selamanya
Jangan biarkan apapun merusak rasa syukurmu terhadap kedua orang tuamu dan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untukmu

"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” " (QS. Al-Ahqaf : 15)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...