Langsung ke konten utama

The High Mountains of Portugal


Judul : The High Mountains of Portugal
Pengarang : Yann Martel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama. 2017
Tebal : 416 halaman

TomΓ‘s memulai perjalanannya menuju Pegunungan Tinggi Portugal demi mencari peninggalan penting Bapa Ulisses sesuai yang tertulis dalam buku harian yang ia temukan di museum.

Eusebio Lozora seorang dokter spesialis patologi yang ahli dalam autopsi mayat mengalami kejadian yang berbeda dari kesehariannya. Tengah malam ia tiba-tiba kedatangan klien wanita yang meminta sang dokter untuk melakukan autopsi terhadap jenazah suaminya yang dia bawa sendiri dari Pegunungan Tinggi Portugal. Hasil autopsi tersebut sungguh mencengangkan karena dalam tubuh jenazah mengandung benda-benda yang tidak biasa ia temukan pada mayat lainnya.

Peter Tovy, senator ternama dari Kanada memutuskan untuk membeli seekor simpanse bernama Odo yang ia jumpai di pusat penelitian primata. Bersama Odo, ia meninggalkan jabatan dan kehidupannya di Kanada untuk pindah ke tanah asal leluhurnya di Pegunungan Tinggi Portugal. Di sana akhirnya ia menemukan potongan-potongan lengkap mengenai asal-usul keluarganya.

Tiga kisah dari 3 tokoh berbeda dan pada masa yang berbeda. Namun didasari oleh rasa kehilangan yang sama berupa kematian belahan jiwa, berujung pada tempat yang sama, dan berpilin mengaitkan ketiganya.

Buku yang menarik karena mengandung teka-teki yang memaksa pembaca untuk membaca sampai halaman terakhirnya. Kisah pertama cenderung membosankan karena tidak diketahui kemana cerita itu mengarah, hanya menceritakan tentang kejadian-kejadian yang tokoh alami saat menempuh perjalanan. Namun memasuki kisah kedua dan ketiga tempo cerita mulai menyenangkan terutama kisah kedua karena menceritakan dengan gamblang proses autopsi mayat. 

Menarik tetapi tidak memuaskan rasa penasaran. Atau karena saya yang gagal memahami arti dari teka-tekinya? Entahlah. Yang jelas rasanya begitu sulit percaya salah membaca halaman terakhirnya dan tidak ditemukan penjelasan apapun setelahnya. Jadilah sampai saat ini saya masih bertanya-tanya apa maksud dari masing-masing cerita di dalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...