Langsung ke konten utama

O


Judul : O
Pengarang : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Maret 2016
Tebal : 470 halaman

O adalah nama seekor monyet yang berusaha mati-matian untuk menjadi manusia menyusul kekasihnya, Entang Kosasih, yang lebih dulu menjelma menjadi manusia.

Awalnya ia tidak percaya pada keyakinan yang dipegang teguh oleh kekasihnya itu bahwa monyet bisa menjadi manusia. Tetapi saat ia melihat sendiri wujud manusia dari Entang Kosasih, maka ia memutuskan untuk mengikuti jejaknya demi bertemu kembali dengan kekasihnya. Pengorbanan untuk menjadi manusia tidaklah mudah bahkan sampai menorehkan luka di sekujur badan dan jiwanya.

Suatu ketika O sempat menyerah untuk mencari kekasihnya yang telah menjadi manusia terkenal itu. Namun sekali ia melihat fotonya, ia kembali yakin bahwa lelaki itu adalah benar Entang Kosasih dan ia kembali bertekad untuk menjadi manusia agar dapat bersatu dengan kekasihnya.

Sepanjang usahanya menjadi manusia, O bertemu dengan beberapa manusia dan binatang yang memiliki cerita hidup masing-masing. Ada Betalumur yang tidak memiliki masa depan, Kirik yang mencari induknya, Mimi Jamilah, Ma Kungkung, Mak Ahmad, dan banyak lainnya. Dari mereka kita dapat mengambil pelajaran mengenai permasalahan dalam hidup ini.

Buku ini adalah karya Eka Kurniawan yang pertama saya baca dan setelah membacanya saya langsung suka. Banyak sekali pelajaran serta hikmah yang dapat diambil dari cerita tokoh-tokoh yang diceritakan dalam buku. Gaya berceritanya memang melompat-lompat dan sepotong-sepotong tetapi tidak membuat bingung dan tetap membuat sulit untuk berhenti membaca sebelum sampai halaman terakhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...