Judul : Hijrah Bang Tato
Pengarang : Fahd Pahdepie
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Oktober 2017
Tebal : 246 halaman
(Based on true story)
Hijrah bukanlah perkara yang mudah apalagi untuk istiqamah berada di jalan hijrah. Itulah kiranya yang dirasakan oleh Lalan alias Bang Tato.
Bang Tato yang dulunya merupakan pimpinan preman dapat dibilang memiliki prestasi cemerlang di bidang kepremanan sehingga dia memiliki banyak pengikut dan disegani preman-preman lain. Sejak usia sekolah Bang Tato telah berkenalan dengan narkoba dan sering terlibat aksi-aksi kekerasan. Kekecewaannya terhadap keluarga yang semestinya menjadi tempatnya berlindung membuatnya semakin jauh dari jalan yang benar.
Berbagai pekerjaan di dunia hitam telah ia lakoni. Sampai pada akhirnya saat ia kembali ke kampung halamannya, Bang Tato bersama teman-temannya mendirikan band beraliran underground dengan dirinya sebagai vokalis. Selain itu ia juga mendirikan organisasi kemanan yang sehari-harinya memalak para pemilik toko dengan dalih meminta iuran uang keamanan.
Suatu hari saat pulang dari aktivitas kelamnya, Bang Tato tiba-tiba mendapat perasaan ganjil yang membuatnya ketakutan luar biasa. Di tengah peluh membanjiri tubuhnya dan napas memburu, hanya satu hal yang terbesit di benaknya yaitu "Aku harus sholat".
Itulah awal proses hijrahnya yang penuh halang merintang. Bahkan hanya untuk sholat di masjid saja ia harus menghadapi penolakan dari ustadz setempat karena tato yang membalut hampir seluruh penampang kulitnya. Ia juga harus menghadapi pandangan negatif orang-orang di sekitarnya sehingga kesulitan mendapat pekerjaan padahal ia harus menghidupi istri dan anaknya.
Meskipun jalan hijrah yang ia lalui tidak mudah, namun berkat keteguhan tekadnya ia tetap berusaha untuk tidak menyerah dan kembali menjerumuskan diri ke lembah hitam. Beruntung di tengah usahanya tersebut ia dipertemukan dengan orang-orang yang membantu menguatkannya di jalan hijrah, salah satunya adalah Fahd Pahdepie yang kemudian mengabadikan kisahnya dalam bentuk buku.
Namun suatu ketika, saat hati dan hidupnya mulai tertata, kembali ujian datang menerpa. Ibu kandung Bang Tato dipanggil Sang Pencipta. Itu merupakan pukulan keras bagi batinnya yang sejatinya masih rapuh. Ia kembali terpuruk dan menyerah pada bujuk rayu setan.
Sungguh sangat disayangkan. Seorang mantan pimpinan preman yang telah hijrah tiba-tiba kembali berbelok ke jalan yang justru belakangan ini berusaha ia tinggalkan. Akankah Bang Tato kini menyandang julukan "mantan hijrah"?
Pengarang : Fahd Pahdepie
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Oktober 2017
Tebal : 246 halaman
(Based on true story)
Hijrah bukanlah perkara yang mudah apalagi untuk istiqamah berada di jalan hijrah. Itulah kiranya yang dirasakan oleh Lalan alias Bang Tato.
Bang Tato yang dulunya merupakan pimpinan preman dapat dibilang memiliki prestasi cemerlang di bidang kepremanan sehingga dia memiliki banyak pengikut dan disegani preman-preman lain. Sejak usia sekolah Bang Tato telah berkenalan dengan narkoba dan sering terlibat aksi-aksi kekerasan. Kekecewaannya terhadap keluarga yang semestinya menjadi tempatnya berlindung membuatnya semakin jauh dari jalan yang benar.
Berbagai pekerjaan di dunia hitam telah ia lakoni. Sampai pada akhirnya saat ia kembali ke kampung halamannya, Bang Tato bersama teman-temannya mendirikan band beraliran underground dengan dirinya sebagai vokalis. Selain itu ia juga mendirikan organisasi kemanan yang sehari-harinya memalak para pemilik toko dengan dalih meminta iuran uang keamanan.
Suatu hari saat pulang dari aktivitas kelamnya, Bang Tato tiba-tiba mendapat perasaan ganjil yang membuatnya ketakutan luar biasa. Di tengah peluh membanjiri tubuhnya dan napas memburu, hanya satu hal yang terbesit di benaknya yaitu "Aku harus sholat".
Itulah awal proses hijrahnya yang penuh halang merintang. Bahkan hanya untuk sholat di masjid saja ia harus menghadapi penolakan dari ustadz setempat karena tato yang membalut hampir seluruh penampang kulitnya. Ia juga harus menghadapi pandangan negatif orang-orang di sekitarnya sehingga kesulitan mendapat pekerjaan padahal ia harus menghidupi istri dan anaknya.
Meskipun jalan hijrah yang ia lalui tidak mudah, namun berkat keteguhan tekadnya ia tetap berusaha untuk tidak menyerah dan kembali menjerumuskan diri ke lembah hitam. Beruntung di tengah usahanya tersebut ia dipertemukan dengan orang-orang yang membantu menguatkannya di jalan hijrah, salah satunya adalah Fahd Pahdepie yang kemudian mengabadikan kisahnya dalam bentuk buku.
Namun suatu ketika, saat hati dan hidupnya mulai tertata, kembali ujian datang menerpa. Ibu kandung Bang Tato dipanggil Sang Pencipta. Itu merupakan pukulan keras bagi batinnya yang sejatinya masih rapuh. Ia kembali terpuruk dan menyerah pada bujuk rayu setan.
Sungguh sangat disayangkan. Seorang mantan pimpinan preman yang telah hijrah tiba-tiba kembali berbelok ke jalan yang justru belakangan ini berusaha ia tinggalkan. Akankah Bang Tato kini menyandang julukan "mantan hijrah"?
Komentar
Posting Komentar