Langsung ke konten utama

Beauty and the Beast


Judul : Beauty and the Beast
Pengarang : Madame de Villeneuve
Penerbit : Qanita
Cetakan : Kedua, Agustus 2017
Tebal : 244 halaman

Madame de Villeneuve dipercaya sebagai penulis pertama kisah Beauty and the Beast yang berjudul asli La Belle et La BΓ©te. Berkisah tentang perjuangan dan kesabaran dalam menemukan cinta sejati.

Belle, anak gadis yang cantik paras dan hatinya. Ayahnya yang semula adalah saudagar kaya mendadak bangkrut sehingga mengharuskan keluarga mereka pindah ke desa di pinggiran hutan.

Suatu hari, ayahnya yang hendak pulang dari kota mampir berteduh dari amukan badai salju di istana yang tersembunyi. Di sana ia menemukan pohon mawar dengan bunga yang lebat. Ia bermaksud memetik setangkai untuk memenuhi permintaan Belle, putri kesayangannya.

Saat itulah tiba-tiba muncul Beast, makhluk mengerikan yang kemudian memintanya untuk membawa salah seorang putrinya ke istana itu sebagai tawanan menggantikan dirinya.

Belle yang berhati baik langsung menawarkan diri untuk menyelamatkan ayahnya, maka ia tinggal beberapa lama di istana bersama Beast sampai akhirnya mereka berhasil mematahkan kutukan atas Beast dan hidup bahagia bersama.

Sekilas ini cerita versi ini serupa dengan versi yang lebih dikenal saat ini. Namun detail-detail di dalamnya sungguh jauh berbeda.

Belle dalam versi ini bukan anak kandung sang saudagar melainkan seorang putri Raja. Sedangkan sebab Pangeran dikutuk menjadi Beast adalah karena menolak menikahi seorang penyihir tua. Pertemuan antara Belle dan Beast pun diceritakan telah diatur sebelumnya oleh seorang Peri yang telah mengenal keduanya sebelumnya.

Menurut saya versi yang dikenal luas saat ini memang lebih "menjual" dari versi asli ini. Namun pesan yang ingin disampaikan lewat kisah Belle dan Beast ini tetap sama yaitu pesan untuk tidak memandang orang lain hanya dari tampilan yang tampak oleh mata saja namun juga harus mempertimbangkan apa yang ada di dalam hatinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serial Anak-anak Mamak

Judul : Eliana, Pukat, Burlian, Amelia Pengarang : Tere Liye Eliana si anak pemberani Pukat si anak pintar Burlian si anak spesial Amelia si anak kuat Keempatnya adalah anak dari Mamak dan Bapak yang dibesarkan dengan pemahaman hidup yang indah. Hidup di daerah terpencil dan dalam keluarga yang sederhana tidak mematikan cita-cita mereka untuk melihat dunia. Cerita keempatnya bukan hanya sekedar cerita anak-anak. Namun juga merupakan suatu panduan parenting untuk para orang tua. Mereka dapat belajar bagaimana menanamkan pemahaman hidup yang baik kepada anak-anaknya. Boyolali, 11 Juli 2017

Relawan Sehari : Kelas Inspirasi Boyolali 2

Ini adalah kisahku saat mengikuti Kelas Inspirasi Boyolali 2. Sudah cukup lama aku ingin bergabung menjadi relawan Kelas Inspirasi (KI) dan Alhamdulillah saat itu aku terpilih menjadi bagian dari para relawan pengajar. Awalnya sempat ragu apakah aku bisa mengajar anak-anak usia SD. Materi apa nanti yang akan aku sampaikan di hadapan mereka. Bagaimana jika materiku tidak menarik minat mereka. Dan berbagai keraguan lain memenuhi benakku saat itu. Sungguh sangat khawatir dan groginya aku. Apalagi saat aku bertemu dengan relawan lain yang sudah beberapa kali ikut KI, makin minder dan cemas. Halaman sekolah SDN 3 Gunung Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan teman-teman sekelompok mendapat tugas untuk mengisi KI di SDN 3 Gunung, Simo, Boyolali. Letak SD ini cukup jauh dari pusat Kota Boyolali dan lingkungan sekitarnya pun masih asri. Bila aku tidak salah hitung, total jumlah siswanya sekitar 39 anak terbagi menjadi 6 kelas. Pagi hari pukul 07.00 WIB kami berangkat dari ...

Yang Fana adalah Waktu

Judul : Yang Fana adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Penerbit : Gramedia Cetakan : Pertama, Maret 2018 Tebal : vi+146 halaman Buku ini adalah buku terakhir dari trilogi Hujan di Bulan Juni. Menceritakan kelanjutan hubungan antara Sarwono dan Pingkan yang oleh keadaan terpisah jarak dan waktu. Juga diceritakan perihal Pingkan yang dilibatkan dalam drama perjodohan Katsuo oleh ibunya. Bagi saya yang buta sastra, membaca bagian terakhir ini terasa lebih mudah dibandingkan dengan membaca kedua pendahulunya. Kalimat-kalimat di dalamnya lebih tidak rumit menurut saya. Tidak ada lompatan-lompatan cerita antara kehidupan nyata dan fana seperti yang banyak terdapat dalam buku kedua. Penggalan-penggalan puisi pun jarang dijumpai di buku ketiga ini. Untuk jalan ceritanya sebenarnya biasa aja. Akhirnya mudah ditebak. Pun tidak banyak konflik yang disajikan. Dan saya kira tujuan Pak Sapardi saat menulis trilogi ini bukan untuk menonjolkan jalan ceritanya namun lebi...